Thursday, August 14, 2008

Pengalaman Sang Teman

Kemarin ada teman baik saya menceritakan betapa berat penderitaannya saat ini. Dia merupakan teman terbaik yang pernah saya temui hingga ia tidak lagi memanggil namaku ketika bertemu melainkan ia memanggilku 'teman' dan ia meneteskan gumpalan demi gumpalan air mata yang membasahi pakaiannya dan wajahnya.

"Teman, mengapa aku begitu egois sehingga karena aku, seseorang telah mengorbankan nyawanya?"

Sejenak aku terdiam dan banyak pertanyaan timbul di benakku. Apa maksudnya dia egois sehingga ada seseorang yang berkorban nyawa demi dia. siapa orang itu tentunya pertanyaan yang timbul dalam hatiku. Aku hanya berkata sepatah kata

"Jangan tahan tangismu,"

Mendengar hal itu, entah apa yang ada di pikirannya, kali ini ia menangis lebih deras dengan suara yang nyaring. Mungkin dia memang ingin mencari tempat di mana ia dapat mengeluarkan seluruh tangisnya tanpa ada satu orang pun melihatnya dan mendengarnya. Dia tahu bahwa kamarku adalah tempat yang tepat baginya untuk menangis sebab tidak ada seorang pun di kamarku saat itu.

Aku bisa mengerti betapa berat penderitaan yang dia alami saat ini seperti belum pernah dirasakan sebelumnya. Melihat keadaan yang demikian, aku tidak berani sedikit pun mengeluarkan saran untuknya bahwa tidak selayaknya dia berkata demikian sebab aku yakin, ia telah menahan perasaan sedihnya selama ini dan tidak pernah ia keluarkan sehingga ia hanya bisa menangis saat ini.

Aku tidak berkata satu patah kata pun tetapi aku masih terus duduk di depannya dan tidak pernah terbesit dalam hatiku untuk bertanya kembali ataupun meninggalkannya. Aku terus menunggunya hingga kira-kira 15 menit, juga dengan tetesan air mata yang mulai mengucur membasahi wajahku karena melihat dia menangis di depanku.

Aku tidak tahu mengapa, mungkin karena melihatku juga ikut meneteskan air mata tanpa suara isak tangis, akhirnya ia mau membuka mulutnya

....


1 comment:

Anonymous said...

dika, nulis terus yapp.
aku suka :)

Search box