Monday, December 15, 2008

Ke mana Injil mengenai Yesus Kristus selama masa remaja menuju dewasanya? Part 4

Akhirnya, datang juga hari ini, ok, tanpa basa-basi lagi langsung kita bahas sekarang
Sebelumnya maaf jika penulis menyinggung nama penulis blog lain dg panggilan Blackhole (pdhl sebenarnya, panggilan itu juga dikenakan oleh teman" lain, tapi malah gw yang kena ultimatum bakal dipanggil a**hole) jd ga usah pk nama penulis blog lain itu d, hhe (walau sebenarnya g masih bisa membalas dia tetapi sayangnya g gk mau nambah dosa, hhe)

Genre Injil

Penyelidikan dan perbandingan yang teliti menunjukkan bahwa jenis literatur keempat kitab Injil kanonik (Matius-Yohanes) adalah unik menurut ukuran disiplin sastra pada waktu itu. Kitab-kitab Injil memiliki perbedaan yang esensial dibandingkan jenis literatur lain yang populer waktu itu. Kitab-kitab Injil bukanlah sebuah bios (biografi tokoh terkenal), praxeis (kisah kepahlawanan kuno) maupun apomnhmoneumata (kumpulan perkataan tokoh terkenal). Kitab-kitab Injil juga tidak berupa kitab sejarah, walaupun kitab-kitab tersebut memiliki kredibilitas historis.

Berdasarkan keunikan ini, para penyalin Alkitab sejak abad ke-2 memberi label khusus untuk keempat kitab tersebut. Mereka menyebutnya sebagai kitab-kitab Injil (euangelion). Para sarjana modern memakai sebutan sejarah teologis (theological history) atau narasi teologis (theological narrative). Sebagai sebuah sastra “injil” atau narasi/sejarah teologis, kitab-kitab ini tidak menceritakan segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan Yesus (band. Yoh 20:30-31; 21:25). Sebaliknya, para penulisnya memprioritaskan pesan teologis yang ingin mereka sampaikan melalui cerita tentang perkataan dan tindakan Yesus.

Pesan teologis apa yang ingin disampaikan sangat berhubungan dengan tujuan khusus penulisan suatu kitab. Injil Lukas ditulis supaya Teofilus dan kelompok orang Kristen non-Yahudi lainnya tahu bahwa apa yang mereka terima selama ini adalah benar (Luk 1:1-4). Injil Yohanes ditulis sebagai pedoman penginjilan bagi orang-orang Kristen Yahudi untuk membuktkan bahwa Kristus adalah Mesias, Anak Allah (Yoh 20:30-31).

Berangkat dari kekhususan tujuan penulisan ini, masing-masing penulis mengadakan akumulasi data, seleksi data dan interpretasi data. Tidak semua cerita tentang Yesus yang beredar dianggap benar. Mereka hanya mengumpulkan data yang benar. Dari sekian data yang benar tentang Yesus, masing-masing penulis memilih data mana yang relevan dengan tujuan yang ingin mereka capai. Mereka kemudian menafsirkan berbagai data tersebut dari sudut pandang teologis tertentu dan mempresentasikan dengan cara tertentu yang paling efektif untuk mencapai tujuan itu. Semua proses penulisan ini sesuai dengan prosedur umum yang berlaku dalam penulisan kitab-kitab sejarah kuno.

Jadi, kenyataan bahwa tidak semua fase hidup Yesus dicatat dalam Alkitab merupakan sesuatu yang bisa dipahami. Secara logika, tidak mungkin sorang penulis menceritakan segala sesuatu yang dikatakan Yesus selama hidup-Nya.(http://probless.wordpress.com/2008/03/22/yesus-usia-13-30-tahun/)


Jika Anda bertanya lagi, kalau begitu, berarti para penginjil tidak mengikuti Yesus sejak kecil donk? tetapi hanya mengumpulkan data dari sumber lain?

Menurut saya, pertanyaan itu mudah saja dijawab, jelas saja para penginjil tidak mengikuti Yesus sejak ia muda sebab kedua belas murid Yesus sendiri dipilih-Nya saat Ia memulai pelayanan-Nya setelah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Jadi jelas para penginjil mencatat apa yang dilakukan Kristus saat masa pelayanan-Nya. Di samping itu, Kristus telah dikaruniakan Roh Kudus sehingga sempurnalah hikmat dan kebijaksanaannya di dunia ini setelah Ia dibaptis.

Jadi bagaimana para penginjil mengetahui kehidupan masa kecil Yesus? Apakah data yang mereka dapatkan dapat dipercaya ke-valid-annya?

Salah satu bukti keabsahannya dapat dilihat pada pendahuluan Injil Lukas dan kata penutup Injil Yohanes
Luk 1:1-4
"Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari awal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar."
Yoh 21:24-25
"Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar. Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu."

Dari kedua kutipan ayat di atas, tanpa dikurangi pengutipannya dalam 1 subbab, kita dapat mengetahui bahwa mereka telah mengakui bahwa apa yang telah ditulisnya adalah benar adanya.
Dan dari Injil Yohanes, semakin jelaslah mengapa Alkitab tidak memuat seluruh kehidupan Yesus sejak kecil. Seperti yang telah dikatakan pada artikel sebelumnya bahwa Alkitab bersifat cukup dan bukan lengkap. (Pendapat penulis)

Mungkin timbul lagi di benak Anda, lalu mengapa Injil Non Kanonik lainnya yang mungkin mencatat kehidupan masa muda Yesus tidak dijadikan kitab suci? Padahal dengan mencantumkannya, Alkitab akan menjadi lebih sempurna? (Mungkin pertanyaan ini timbul di hati Saudara pembaca yang masih bersikeras untuk mengetahui kehidupan masa kecil Yesus dari sumber lain tanpa memikirkan lagi bahwa Alkitab telah cukup isinya bagi kita untuk dipahami dan mengajarkan kehidupan Kristus)

Kitab Injil non Kanonik

Pada abad-abad permulaan beredar beragam sejumlah kitab yang membahas tentang perkatan atau tindakan. Kitab-kitab ini biasanya disebut dengan istilah “kitab injil non-kanonik” atau “kitab injil apokrif”. Istilah “injil” sebenarnya tidak tepat jika dipakai untuk menyebut kitab-kitab tersebut, karena kitab tersebut umumnya tidak membahas penebusan Kristus dengan lengkap dan benar. Karakteristik sastra dari kitab-kitab tersebut juga tidak identik dengan kitab-kitab kanonik.

Bapa-bapa gereja awal sudah mengetahui keberadaan kitab-kitab ini pada jaman mereka. Mereka juga sudah menyatakan sikap mereka, yaitu menolak kitab-kitab itu sebagai firman Allah. Mereka hanya menerima keempat kitab injil dalam Alkitab dan memakainya dalam bacaan jemaat (public reading, band. 1Tim 4:13) pada setiap ibadah. Mereka menolak kitab-kitab tersebut berdasarkan kriteria tradisi (apakah suatu kitab langsung diterima sebagai firman Allah oleh gereja secara umum sejak abad ke-1?), wibawa apostolik (apakah suatu kitab ditulis oleh atau bersumber dari para rasul?) dan ortodoksi (apakah suatu kitab tidak bertentangan dengan wahyu Allah sebelumnya?). Berdasarkan kriteria tersebut, kitab-kitab non-kanonik jelas tidak memenuhi persyaratan. Sikap resmi gereja terhadap kitab-kitab tersebut selanjutnya dinyatakan dalam bentuk kanonisasi Alkitab pada abad ke-4, namun jauh sebelum proses kanonisasi resmi dilakukan, gereja abad permulaan sudah mengadakan evaluasi terhadap kitab-kitab non-kanonik tersebut.

Sekarang, mari kita bandingkan kredibilitas kitab-kitab injil kanonik maupun non-kanonik berdasarkan kriteria pengujian sebuah kitab kuno. Untuk menguji suatu kitab kuno biasanya diberlakukan tiga macam ujian: bibliographical test (apakah jarak antara peristiwa-penulisan dan penyalinan dekat? Apakah jumlah salinan yang cukup banyak untuk merekonstruksi autografa?), internal evidence test (apakah suatu tulisan menunjukkan keseriusan penulis terhadap kebenaran?) dan external evidence test (apakah bukti lain di luar kitab tersebut mendukung apa yang ditulis dalam kitab itu?).

Hasil dari pengujian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jarak peristiwa-penulisan-penyalinan Alkitab jauh lebih pendek daripada kitab-kitab non-kanonik yang ditulis pertengahan abad ke-2 maupun abad sesudahnya.

2. Jumlah salinan Alkitab jauh lebih banyak dibandingkan salinan kitab-kitab non-kanonik tersebut. Alkitab memiliki lebih dari 5000 salinan. Catatan: poin ini sebenarnya tidak terlalu konklusif pada dirinya sendiri, karena jumlah penganut bidat memang jauh lebih sedikit dibandingkan penganut iman ortodoks, sehingga jumlah penyalin dari pihak bidat juga kurang. Bagaimanapun, poin ini tetap memiliki nilai apabila digabungkan dengan argumen lain.

3. Keseriusan para penulis Alkitab terhadap kebenaran terlihat dari beberapa teks yang sulit dipahami (difficult readings) dan rujukan historis yang melimpah.

4. Arkheologi dan para penulis kafir kuno turut mempertegas kebenaran kitab Injil.

Kita telah membahas bahwa tidak semua perkataan dan tindakan Yesus ditetapkan Allah untuk diketahui sepenuhnya oleh orang Kristen pada periode selanjutnya. Dalam bagian ini kita juga telah melihat keunggulan kredibilitas kitab-kitab injil kanonik secara objektif dibandingkan kitab-kitab non-kanonik (http://probless.wordpress.com/2008/03/22/yesus-usia-13-30-tahun/))


Hal itulah yang dapat disampaikan oleh penulis mengapa Injil Non Kanonik tidak dapat dicantumkan dalam Kitab Suci.

Jika Anda masih saja bersikeras mengetahui masa muda Yesus karena mungkin Anda sempat membaca Kitab Suci dan melihat beberapa penginjil sempat mencantumkan masa muda Yesus tetapi tiba-tiba muncul gap waktu yang besar dari masa mudanya langsung masa dewasanya, mungin Anda bertanya, mengapa para penginjil tidak melanjutkan tulisannya itu?

Yesus usia 13-30 tahun menurut Alkitab

Setelah membuktikan inferioritas nilai historis data non-kanonik tentang kehidupan Yesus, sekarang kita akan lebih mendasarkan konsep kita pada Alkitab (dengan keyakinan bahwa Alkitab adalah firman Allah dan memiliki kredibilitas historis yang jauh lebih tinggi daripada kitab-kitab non-kanonik). Seperti telah dijelaskan di bagian sebelumnya, Alkitab tidak memberikan catatan khusus tentang kehidupan Yesus di usia 13-30 tahun. Apa yang akan dipaparkan dalam bagian ini hanyalah beberapa ayat yang secara implisit memberi rujukan tentang hal itu. Dari penyelidikan teks-teks tersebut dapat disimpulkan bahwa Yesus kemungkinan besar menghabiskan seluruh hidupnya secara normal di Israel (Nazaret) sebagai orang Yahudi biasa.

(1) Markus 6:3

"Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia"

Telah terlihat di sini bahwa para penduduk Nazaret, tempat di mana Yesus dibesarkan, sangat mengenal siapa Yesus dan keluarganya. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Yesus tidak pergi ke mana-mana semasa mudanya dan tidak lain bahwa ia tetap tinggal di Israel tepatnya di Nazaret. (maaf, penjelasan pada referensi tidak dicantumkan karena menurut penulis akan menimbulkan pertanyaan yang lebih banyak lagi mengenai perbedaan Injil Matius, Markus, dan Lukas dan pastilah topik pembicaraan akan meluas, jika mau melihat penjelasan di luar pendapat penulis dapat membuka link, http://probless.wordpress.com/2008/03/22/yesus-usia-13-30-tahun/) Mengenai masalah apakah Yusuf meninggal di usia muda atau tidak, penulis tidak bisa membahasnya di sini. Oleh sebab itu, penjelasan atas kutipan ayat di atas tidak sama dengan yang ada di referensi.


(2) Lukas 2:51.

"Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya."


Dalam teks ini disebutkan bahwa Yesus tetap hidup dalam asuhan mereka di Nazaret. NASB (New American Standard Bible) secara tepat menerjemahkan “…He continued in subjection to them”. Dari sisi tata bahasa Yunani, ayat ini memang menyiratkan bahwa Yesus selama kurun waktu tertentu di masa lampau (bentuk imperfect hn) terus-menerus berada dalam ketundukan (bentuk present dari participle {upotassomenos) kepada mereka. Teks lain yang mendukung hal ini adalah Lukas 4:16 “Nazaret, tempat Ia dibesarkan”. Yesus sendiri juga menyebut Nazaret sebagai tempat asal-Nya (Luk 4:24). Tidak heran, penduduk Nazaret sangat mengenal Dia maupun seluruh saudara-Nya (Mat 13:55//Mar 6:3). Hal in semakin menguatkan bahwa Kristus tetap berada di Nazaret hingga ia tumbuh dewasa.


(3) Matius 11:5//Lukas 7:21-22, bandingkan Lukas 4:17-21.

Semua mujizat yang Yesus lakukan bukan sekedar menunjukkan bahwa Ia adalah orang yang istimewa. Apa yang Dia lakukan merupakan tanda bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan Allah (Luk 4:17-21//Yes 61:1-2; Yoh 20:30-31). Lukas 4:17-21 secara eksplisit menunjukkan awal pelayanan Yesus dalam menggenapi nubuat nabi Yesaya (bandingkan Luk 3:23). Berdasarkan pemikiran ini, kita harus menolak semua cerita spekulatif tentang berbagai mujizat yang Yesus lakukan pada masa kanak-kanak-Nya sebab Ia memulai pelayanan-Nya saat usia 30 tahun berdasarkan Luk 3:23.

(http://gkri-exodus.org/page.php?yesus13-30tahun)


Demikianlah pembahasan yang bisa saya ungkapkan berdasarkan referensi dari yang telah penulis cantumkan dan hasil pemikiran penulis berdasarkan pemahamannya terhadap kitab suci. Mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Dan penulis akan selalu siap menerima masukan dari Saudara pembaca. Kesimpulan dapat dilihat pada part 3 ditambah dengan bahwa Yesus tidak ke mana-mana semasa mudanya sebab Ia tetap berada di Nazaret hingga usia 30 tahun.

Bagi Dialah segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa. Amin.
Biarlah segala yang bernafas memuliakan nama-Nya. Amin.
Semoga Saudara pembaca senatiasa dilindungi dan diberkati oleh TUHAN, Allah kita yang maha kuasa. Amin.

No comments:

Search box