Tuesday, December 16, 2008

The Punisher; Another Part of Mine that confused

Ya, saat ini saya sedang menonton film The Punisher yang dibintangi oleh Thomas Jane sbg tokoh utama. Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengungkapkan perasaannya yang benar-benar bingung jika mendapatkan posisi sbg The Punisher atau Frank Castle, sang mantan anggota FBI, yang ahli dalam 6 bahasa ini dan termasuk Counter Terrorism.

Mengapa tidak? Sekilas akan saya jelaskan mengenai diri Frank Castle yang diperankan Thomas Jane ini.
Seorang anggota FBI yang berhasil menggagalkan perdagangan senjata terlarang yang dilakukan oleh salah satu organisasi gelap milik Howard Saint dengan akhir yang kurang menyenangkan dari pihak Howard Saint, yakni matinya sang anak tunggal.
Setelah pemakaman, istri Howard Saint, Livia, meminta suaminya untuk tidak hanya membunuh Frank Castle tetapi juga seluruh keluarganya. Keluarganya yang dimaksud di sini adalah keluarga besarnya yang sedang melakukan reuni di Puerto Rico.
Howard Saint mengabulkan permohonan istrinya dan membunuh semuanya termasuk, anak dan istri Frank Castle.

Di sinilah terdapat adegan yang membuat saya benar-benar kesal dengan diri saya sendiri jika saya ada di posisi Frank Castle. Yakni, di saat anak dan istri kita dikejar-kejar oleh maut, kita sedang disibukkan oleh seorang penghalang/penjahat bodoh yang mau mengulur waktu kita. Ketidakberdayaan inilah yang membuat saya pasti tidak akan pernah memaafkan diri saya sendiri. Ketidakberdayaan sebagai kepala keluarga yang tidak sanggup melindungi keluarga.

Setelah tiba di tempat pengejaran, yang kita lihat adalah mayat anak dan istri yang sudah tidak bernyawa (ya iyalah namanya juga mayat). Sejak saat itulah, Frank Castle menjadi seorang The Punisher bagi mereka semua yang terlibat dalam pembunuhan ini.

Penderitaan Frank Castle tidak berhenti di sini. Dalam persembunyiannya, dia tinggal satu apartemen dengan 1 orang perempuan, dan 2 orang laki-laki, 1 gemuk 1 kurus. Persahabatan kedua laki-laki ini dimulai saat Frank Castle melindungi sahabat kedua laki-laki ini yang tidak lain adalah sang perempuan yang diganggu oleh laki-laki setengah gila. Semenjak kejadian itu, Frank Castle telah dianggap sebagai bagian dari mereka, bagian dari keluarga. Bahkan, laki-laki kurus ini berani tidak membuka mulut saat diinvestigasi oleh tangan kanan Howard Saint mengenai keberadaan Frank Castle walaupun tindikan di alis, hidung, dan 3 tindikan di mulutnya dicabut dengan tang. Hal ini membuat saya semakin tertekan jika ada di posisi Frank Castle sebab lagi-lagi tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi anggota keluarga.

Mulai bagian inilah, penulis bingung dengan dirinya sendiri jika ada dalam posisi Frank Castle. Antara menghukum orang dengan larangan untuk membunuh. Apalagi setelah Frank Castle menyatakan kepada salah satu temannya sebelum dia menjadi The Punisher, "Tuhan tidak ikut campur dalam hal ini"

Secara manusiawi, semua orang pasti akan membalas dendam dengan prinsip mata ganti mata, gigi ganti gigi, begitu juga nyawa ganti nyawa, dan saya tidak bisa menyangkal hal itu dalam diri saya jika hal itu terjadi dengan keluarga saya (Ya Tuhan jangan sampai hal ini terjadi dalam hidup saya, sebab kepada-Mulah aku dan keluargaku berlindung).

Apakah yang saya bingungkan jika saya juga tidak bisa menyangkal prinsip di atas? Apalagi selama ini saya juga memiliki prinsip You can hurt me, but I will not allow you to hurt my beloved people dan sampai sekarang hal itu masih terus saya pegang. Tentu saja, saya sudah pasti menghukum orang-orang yang menyakiti orang-orang yang saya sayangi. Logikanya, apa belum puas nyiksa gw? Kok masih nyiksa orang lain?

Tapi di sisi lain, saya juga tahu batasan saya dalam menghukum, yakni tidak sampai mengambil nyawa orang lain sebab itu bukanlah hak saya. Walau dengan kasus Frank Castle, pasti saya masih merasa tidak puas kalau hanya sekedar menghukum sesuai dengan peraturan atau hukum yang berlaku karena secara manusiawi, pasti saya mengharapkan orang-orang itu juga mati dengan cara yang sama hanya saja, bukan saya yang melakukannya. Hukum tidaklah sempurna dan untuk menutupi kekurangan itu, lebih baik kita yang bertindak menyelesaikannya di luar hukum. Secara manusiawi lagi, saya pun tidak bisa menyangkal prinsip itu.

Namun terjadi pertentangan dalam diri saya sendiri yang membuahkan kebimbangan. Apa yang harus saya lakukan? Bertindak sama seperti Frank Castle, yakni menghukum dengan cara balas membunuh atau menghukum sesuai hukum dan menyerahkan sisanya kepada Yang Kuasa dengan menunggu? Sebab kali ini masalahnya menyangkut orang yang kita sayangi dengan segenap hati bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Satu hal yang pasti, saya bukan pembunuh tetapi jika kondisi memaksa saya, maka saya akan bersikap seperti seorang pembunuh walau tidak sampai membunuh.

(Namun harapan saya adalah, saya tidak pernah mengalami itu semua dan semoga kalimat terakhir saya pada postingan kali ini tidak menjadi kenyataan dan tidak akan pernah menjadi kenyataan walau terkadang banyak sekali pemicunyan di sekeliling saya)

2 comments:

Anonymous said...

dalam terminologi dunia perkomikan amerika, tokoh macam Punisher, Batman, Ghost Rider, Lobo, Hulk, dll masuk dalam kategori Antihero dan Tragic Hero.

Antihero merupakan tipe hero yg berani melangkah keluar dari jalur hukum (Menghalalkan membunuh, vandalisme, penyiksaan, dll)dalam menjalankan misinya.

Tragic hero merupakan tipe hero yg memiliki latar belakang yg gelap, masa lalu kelam, menyimpan dendam, dan biasanya mengidap gangguan mental seperti mudah marah, berkepribadian ganda, dll.

Anonymous said...

oi slah tuh
punisher tuh jobnya acrretia

Search box